“Bangun-bangun sekarang sudah jam dua lewat lima puluh sembilan menit sudah saatnya bangun untuk persiapan shalat subuh” itu teriak temanku membangunkan santri lainnya yang tidur lelap. Temanku yang satu ini memang kurang kerjaan setiap subuh dia berteriak membangunkan orang. Padahal dia tahu bahwa tidur adalah salah satu kenikmatan dunia. Lantas kenapa dia harus selalu membangunkan santri? Untuk persiapan sholat lagi. Dasar, Sie keamanan kurang kerjaan. Maaf, aku berkata seperti ini karena aku salah satu santri yang kreatif. Suka melawan dan selalu kritis moralis. Walau kadang aku sendiri krisis moral. Biasalah manusia. Santri kan orang yang bertaubat. Makannya aku mengaji.
Kata orang sejarawan “Sejarah selalu terulang”. Memang itu benar. Karena, sie Keamanan kembali kehilangan santri beberapa orang dan diantaranya aku. Kami bertiga biasanya selalu absen di Masjid tidak seperti yang lainnya yang setelah bangunn kemudian menghafal di Masjid. Keamanan bingung, Pesantren geger karena tiga santrinya tak ada di tempat tidur juga ditempat lainnya yang pantas ditiduri.
“Tidur dimana lagi mereka?” kata seorang keamanan yang tadi kusebutkan sebagai temanku. Mereka terus mencari. Kali ini, entah keberapa kali aku hilang menurut mereka. Padahal aku dan temanku tidak hilang hanya hijrah tidur. Kami hijrah karena tidak mau diganggu. Kami pindah tidur dari kamar keluar. Dan dari bawah keatas. Sulit memang menemukan santri kretaif seperti aku dan temanku.
Kali ini aku sial. Karena salah satu Keamanan pesantren berteriak memanggil namaku dengan microfon hingga membuat aku tak bisa tidur. Selama ini aku selalu selamat dari pencarian orang hilang. Letak tempat tidur kami memang strategis hingga tak bisa dilacak. Setelah mereka keamanan bosen mencari. Baru aku bisa memejamkan mataku. Rasanya indah hidup ini tak ada yang ganggu.
Tiba-tiba “PSSSSSSSSHHHHH…. TUUUUUTTT….” Itu suara kentut temanku yang suaranya sangat nyaring.
“Sssssssttttt….. Gak boleh berisik.Tutup semua sumber suara entar ketahuan”. Itu aku mangajarkan kepada temanku tentang etika bersuara.
Mungkin. Pasti karena suara kentut temanku sangat nyaring. Jelas sekali aku dengar di dalam masjid ada keributan. Keributan itu bersumber dari suara misteri yang terdengar dari atas masjid. Karena tak ada bukti sumber suara maka para santri saling menuduh dan berdebat tentang suara kentut siap itu? Mereka saling melontarkan tuduhan dengan dalil yang Dzon (berdasarkan sangkaan) hingga banyak santri yang bersedih karena terfitnah.
“Diam! gak usah diributkan” keamanan mendisiplinkan para santri hingga kembali normal.
“Kayaknya keamanan yang kentut?” salah seorang santri masih belum puas menuduh orang.
“Siapa yang bilang keamanan kentut?” Keamanan marah, semua santri gak ada yang ngaku karena takut dihukum.
Setelah berunding. Karena penasaran dengan suara misteri itu, dan tidak terima dituduh kentut. Maka keamanan mencari tangga dan hendak menyelidiki keadaan di atas masjid. Setalah keamanan menaiki tangga dengan hati-hati dan suara pelan. Mungkin ia takut jin atau mungkin takut jatuh. Sesampainya diatas masjid ia menatap genteng yang hampir horizontal. Sehingga kalau ditidur dengan diampari kasur akan enak bak dikasur hotel.
Entah berapa menit dia mencari kami. Tapi tak kunjung ketemu. Keamanan putus asa dan kembali turun. Baru menuruni anak tangga setengah. Tiba-tiba temanku kentut lagi dan suaranya lebih nyaring dari serangan pertama. Bahkan, getarannya membangunkanku. Dan ada juga santri yang terbangun karena kenyaringan suara kentutnya. Dibawah aku mendengar suara orang yang jatuh dan berteriak “ADUH…” dan disusul suara “BLAK”. Aku yakin itu suara tangga dan yang jatuh adalah Keamanan. Jadi, Keamanan tertima tangga karena kaget mendengar dahsyatnya kentut temanku.
“Hey… Siapapun kalian cepat turun dari Masjid! Kalau tidak aku hukum!” Keamana sangat marah dan berteriak geram. Karena kami orang yang penurut maka kami turun dan minta maaf. Sepertinya keamanan marah besar dan dia langsung menunjuk kolam ikan pak Kiai. Kami bertiga dihukum berendam di kolam Kiai sampai subuh. Dan setelah selesai ngaji disuruh membersihkan seluruh kompleks pesantren.
Akhirnya keamanan bisa memecahkan misteri hilangnya santri. Dan kali ini setiap subuh santri lengkap berkumpul di masjid. Tapi, walau berkumpul temanku yang satu lagi tetap tidak bisa menyembunyikan suara……
Kata orang sejarawan “Sejarah selalu terulang”. Memang itu benar. Karena, sie Keamanan kembali kehilangan santri beberapa orang dan diantaranya aku. Kami bertiga biasanya selalu absen di Masjid tidak seperti yang lainnya yang setelah bangunn kemudian menghafal di Masjid. Keamanan bingung, Pesantren geger karena tiga santrinya tak ada di tempat tidur juga ditempat lainnya yang pantas ditiduri.
“Tidur dimana lagi mereka?” kata seorang keamanan yang tadi kusebutkan sebagai temanku. Mereka terus mencari. Kali ini, entah keberapa kali aku hilang menurut mereka. Padahal aku dan temanku tidak hilang hanya hijrah tidur. Kami hijrah karena tidak mau diganggu. Kami pindah tidur dari kamar keluar. Dan dari bawah keatas. Sulit memang menemukan santri kretaif seperti aku dan temanku.
Kali ini aku sial. Karena salah satu Keamanan pesantren berteriak memanggil namaku dengan microfon hingga membuat aku tak bisa tidur. Selama ini aku selalu selamat dari pencarian orang hilang. Letak tempat tidur kami memang strategis hingga tak bisa dilacak. Setelah mereka keamanan bosen mencari. Baru aku bisa memejamkan mataku. Rasanya indah hidup ini tak ada yang ganggu.
Tiba-tiba “PSSSSSSSSHHHHH…. TUUUUUTTT….” Itu suara kentut temanku yang suaranya sangat nyaring.
“Sssssssttttt….. Gak boleh berisik.Tutup semua sumber suara entar ketahuan”. Itu aku mangajarkan kepada temanku tentang etika bersuara.
Mungkin. Pasti karena suara kentut temanku sangat nyaring. Jelas sekali aku dengar di dalam masjid ada keributan. Keributan itu bersumber dari suara misteri yang terdengar dari atas masjid. Karena tak ada bukti sumber suara maka para santri saling menuduh dan berdebat tentang suara kentut siap itu? Mereka saling melontarkan tuduhan dengan dalil yang Dzon (berdasarkan sangkaan) hingga banyak santri yang bersedih karena terfitnah.
“Diam! gak usah diributkan” keamanan mendisiplinkan para santri hingga kembali normal.
“Kayaknya keamanan yang kentut?” salah seorang santri masih belum puas menuduh orang.
“Siapa yang bilang keamanan kentut?” Keamanan marah, semua santri gak ada yang ngaku karena takut dihukum.
Setelah berunding. Karena penasaran dengan suara misteri itu, dan tidak terima dituduh kentut. Maka keamanan mencari tangga dan hendak menyelidiki keadaan di atas masjid. Setalah keamanan menaiki tangga dengan hati-hati dan suara pelan. Mungkin ia takut jin atau mungkin takut jatuh. Sesampainya diatas masjid ia menatap genteng yang hampir horizontal. Sehingga kalau ditidur dengan diampari kasur akan enak bak dikasur hotel.
Entah berapa menit dia mencari kami. Tapi tak kunjung ketemu. Keamanan putus asa dan kembali turun. Baru menuruni anak tangga setengah. Tiba-tiba temanku kentut lagi dan suaranya lebih nyaring dari serangan pertama. Bahkan, getarannya membangunkanku. Dan ada juga santri yang terbangun karena kenyaringan suara kentutnya. Dibawah aku mendengar suara orang yang jatuh dan berteriak “ADUH…” dan disusul suara “BLAK”. Aku yakin itu suara tangga dan yang jatuh adalah Keamanan. Jadi, Keamanan tertima tangga karena kaget mendengar dahsyatnya kentut temanku.
“Hey… Siapapun kalian cepat turun dari Masjid! Kalau tidak aku hukum!” Keamana sangat marah dan berteriak geram. Karena kami orang yang penurut maka kami turun dan minta maaf. Sepertinya keamanan marah besar dan dia langsung menunjuk kolam ikan pak Kiai. Kami bertiga dihukum berendam di kolam Kiai sampai subuh. Dan setelah selesai ngaji disuruh membersihkan seluruh kompleks pesantren.
Akhirnya keamanan bisa memecahkan misteri hilangnya santri. Dan kali ini setiap subuh santri lengkap berkumpul di masjid. Tapi, walau berkumpul temanku yang satu lagi tetap tidak bisa menyembunyikan suara……
0 komentar:
Posting Komentar